Sunday 30 June 2013

Hargai Konsumen

 Hargai Konsumen

Hari ini benar-benar menguras energi..mungkin karena kurang tidur bikin semuanya terasa melelahkan..kadang posisi sebagai orang yang menampung keluhan-keluhan atau komplain membuat diri sendiri ga sempat melakukan komplain..kenapa? ya karena ketika akan komplain, keburu sadar bahwa saya itu harus lebih memahami permasalahan yang terjadi..cuma kadang ego itu memberontak juga..ya sekali-kali kasi komplain lah, hehe..
 Setelah cukup lama merenung #




TOKO PENJUAL ISTRI

**** TOKO PENJUAL ISTRI ***


Toko yang menjual isteri baru dibuka,dimana pria dapat memilih wanita... untuk dijadikan seorang isteri. . .

Diantara intruksi" yang ada dipintu masuk terdapat intruksi yang menunjukkan bagaimana aturan main untuk masuk ke toko tersebut. yaitu: ...
"KAMU HANYA DAPAT MENGUNJUNGI TOKO INI SATU KALI"

Toko tersebut terdiri dari 6 lantai, dimana setiap lantainya akan menunjukkan kelompok calon isteri. . . Semakin tinggi lantainya, semakin tinggi pulanilai wanita tersebut, kamu dapat memilih wanita di lantai tertentu atau lebih memilih ke lantai berikutnya. Tapi dengan syarat ndak bisa turun lagi ke lantai sebelum na kecuali untuk keluar toko. . .

Hemm. . . cerita na, , ,

Lalu, masuklah seorang pria pun pergi ke "TOKO ISTERI" tersebut untuk
mencari isteri, disetiap lantai terdapat tulisan seperti ini:

Lantai 1:
"wanita di lantai ini taat beribadah dan pandai memasak"
......pria itu tersenyum, kemudian dia naik ke lantai selanjutnya. . .

Lantai 2:
"wanita di lantai ini taat beribadah, pandai memasak dan lemah lembut"
.......kembali pria itu naik ke lantai selanjut nya. . .

Lantai 3:
"wanita dilantai ini taat beribadah, pandai memasak, lemah lembut dan cantik"
......."waouwww. . .! ujar sang pria, tetapi pikirannya masih penasaran dan
terus naik".

Lalu, sampailah pria itu di lantai 4, terdapat tulisan:
"wanita di lantai ini 'taat beribadah, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget dan sayang anak"

"Ya ampyunnnn. . .! dia berseru, aku hampir gak percaya deyh" dan dia tetap melanjutkannya ke lantai5:
"wanita di lantai ini "taat beribadah, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, sayang anak dan sexy"

.....dia tergoda untuk berhenti, tapi kemudian dia melangkah ke lantai 6,
dan terdapat tulisan:
"selamat anda adalah pengunjung yang ke 7.303.517.227,
gak ada wanita dilantai ini. lantai ini hanya semata mata pembuktian untuk pria
yang gak pernah puas"

Terima kasih telah berbelanja di "TOKO ISTERI"
mohon hati hati jika keluar dari sini. . .

********************************************
pesan moral dari cerita diatas bukan cuma untuk pria, tapi juga wanita!

"TETAPLAH SELALU MERASA PUAS DAN BERSYUKUR AKAN PASANGAN YANG SUDAH TUHAN SEDIAKAN"

Jangan terus terusan MENGKOLEKSI dan mencari yang terbaik, tapi jadikanlah yang ada adalah YANG TERBAIK karena TUHAN sudah sediakan.
itulah pasangan yang TERBAIK buat kamu. . .

Tuesday 11 June 2013

Kisah Guru Bijak dan Sebuah Toples

Kisah Guru Bijak dan Sebuah Toples

 

Sebuah kisah inspiratif populer. Pada suatu waktu, terdapat seorang guru yang bijak. Banyak murid yang datang dari tempat jauh, untuk mendengarkan petuah bijaknya. Pada suatu hari, seperti biasa, para murid berkumpul untuk mendengarkan pelajaran dari sang guru.

Banyak murid mulai datang memenuhi ruang pengajaran. Mereka datang dan duduk dengan tenang dan rapi, memandang ke depan, siap untuk mendengar apa yang dikatakan oleh  sang guru.

Akhirnya sang guru pun datang, lalu duduk di depan para murid-muridnya. Sang guru membawa sebuah toples besar, disampingnya terdapat setumpuk batu kehitaman seukuran genggaman tangan. Tanpa bicara sepatah kata pun, Sang guru mengambil batu-batu tersebut satu persatu, lalu memasukkannya hati-hati ke dalam toples kaca. Ketika toples tersebut sudah penuh dengan batu hitam tadi, sang Guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tanpa berkata apa-apa, sang guru mulai memasukkan kerikil-kerikil bulat berwarna merah ke dalam toples itu. Kerikil-kerikil itu cukup kecil sehingga jatuh di sela-sela batu hitam besar tadi. Setelah semua kerikil masuk kedalam toples, sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"
"Ya guru," jawab para murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Masih tanpa berkata apa-apa lagi, kini sang guru mengambil satu wadah pasir halus, lalu memasukkannya ke dalam toples. Dengan mudah pasir-pasir tersebut pun masuk memenuhi sela-sela kerikil merah dan batu hitam. Setelah masuk semua, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya lagi.

"Apakah toplesnya sudah penuh?"

Sekarang para murid tak terlalu percaya diri menjawab pertanyaan gurunya. Namun terlihat bahwa pasir tersebut jelas memenuhi sela-sela kerikil di dalam toples, membuatnya terlihat sudah penuh. Kali ini hanya sedikit yang mengangguk, lalu menjawab,

"Ya guru," jawab beberapa murid, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru berbalik mengambil sebuah tempayan berisi air, lalu menuangkannya dengan hati-hati ke dalam toples besar tersebut. Ketika air sudah mencapai bibir toples, kini sang guru berbalik kepada para murid, lalu bertanya lagi.
"Apakah toplesnya sudah penuh?"

Kali ini kebanyakan murid memilih diam, namun ada dua hingga tiga yang memberanikan diri menjawab,
"Ya guru," jawab sedikit murid tersebut, "Benar, toples itu sudah penuh".

Tetap tanpa berkata apa-apa lagi, sang guru mengambil satu kantong berisi garam halus. Ditaburkannya sedikit-sedikit dan hati-hati dari atas permukaan air, garam pun larut, lalu ditambahkan lagi sedikit, demikian seterusnya hingga seluruh garam tersebut habis larut dalam air. Kini sang guru menghadap kepada para murid, dan sekali lagi bertanya, "Apakah toplesnya sudah penuh?"

Kali ini semua murid benar-bnar diam. Hingga akhirnya seorang murid yang berani menjawab, "Ya guru, toples itu sekarang sudah penuh".

Sang guru menjawab, "Ya benar, toples ini sekarang sudah penuh".
Sang guru kemudian melanjutkan perkatannya,

Kita sering merasa waktu begitu cepat berlalu, pekerjaan begitu banyak menunggu dan serasa tidak mampu lagi mengerjakannya..otak ini penuh, mumet, dan ingin rasanya lari dari kenyataan hidup ini..waktu ibaratkan toples itu, ya tidak akan bertambah atau berkurang..kesibukan kita ibaratkan batu, kerikil, pasir, air, dan garam..batu adalah pekerjaan utama kita, kerikil adalah pekerjaan sampingan kita, pasir adalah pekerjaan-pekerjaan kecil yang msh memberi manfaat pada kita, air adalah pekerjaan yang membuat kita senang yang membantu kita kembali segar, dan garam adalah zat terlarut yang tidak membutuhkan ruang saat terlarut di dalamnya..dia adalah rasa..rasakan dan hayatilah..rasa syukur, rasa kebermaknaan karena sudah dipercaya mengeban tugas, rasa kasih, dan segala macam rasa lainnya..garam itu bisa terkecap pahit, manis walau rasa aslinya adalah asin..
 
Jika ada yang merasa dalam hidupnya tidak melakukan apa-apa, coba tulislah semua yang dikerjakan pada hari itu..kita akan terkejut, ternyata banyak hal yang telah diselesaikan oleh kita..atau jika ada yang merasa sudah tidak kuat melakukan apa-apa lagi, akan terkejut bahwa masih ada waktu yang tersisa atau mungkin masih bisa mengatur waktu dengan mempercepat mengerjakan pekerjaan yang dianggap terlalu lama dan terlalu banyak menghabiskan waktu..

Mari kita sadari, bahwa kita diciptakan istimewa, kita diberikan cipta rasa dan karsa..berkaryalah sesuai swadarmaning manusia..memuliakan mahluk Tuhan yaitu diri kita, keluarga, sanak saudara, sahabat, teman-teman, orang-orang di sekitar kita, dan tentunya alam semesta ini..dan jika keberhasilan telah diraih, janganlah lupa bahwa semua itu berkat rasa syukur dan doa dari banyak pihak..mari berbagi dan berbahagialah semua..

Kisah inspirasi diatas diterjemahkan dari
http://www.rogerdarlington.me.uk/stories.html Kisah Guru Bijak dan Sebuah Toples